Selasa, 21 Juli 2009

Membumikan Isra' Mi'raj

.



Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammadiyah SAW begitu istimewa. Di Indonesia bahkan menjadi salah satu Hari Libur Nasional Keagamaan yang jatuhnya didasarkan pada perhitungan kalender hijriyah.

Menurut tarikh, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW terjadi 27 Rajab, tahun ke 2 sebelum hijrah. Isra’ Mi’raj (IM) bukan peristiwa yang bersifat rasional, bukan pula peristiwa yang bersifat irasional, namun peristiwa itu bersifat trans-rasional, berada di luar jangkauan pikiran manusia. Bagi setiap orang yang beriman tidak ada sikap lain kecuali mengimani dan meyakini kebenaran peristiwa itu sebagai mu’jizat yang dikaruniai Allah kepada Nabi SAW.

Hikmah yang dapat diambil dari sekian banyak hikmah, antara lain adalah:

Batu ujian keimanan (dulu dan sekarang)

Bila kita beriman secara penuh, maka insya Allah imannya bagus. Tapi bila banyak pertanyaan dan debat (hanya peristiwa mimpi, hanya ruhnya saja, dst.), insya Allah imannya masih lemah. Bagi Allah SWT, Yang Mahakuasa dan Maha Pencipta, dengan ilmu-Nya, memindahkan jasad dan ruh Nabi SAW dari Masjid al-Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Quds, Yerussalem, kemudian membawa ke sidratul muntaha semalam dan kembali, itu adalah sesuatu yang sangat mudah. Sehingga sikap kita orang beriman:kita sudah mendengar, melihat dari keterangan Nabi, kemudian percaya dan mudah-mudahan Allah mengampuni segala macam dosa kita dan kepada Allah lah kita akan kembali.

“Dan semua kisah rasul-rasul Kami ceriterakan kepadamu, agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu, dan di dalamnya telah diberikan kepadamu segala kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”
(QS Hud 11:20)

Menunjukkan Kekuasaan Allah

Allah SWT berkenan menunjukkan kekuasaan-Nya bagi mahluk manusia melalui peristiwa IM.
Seorang ahli astronomi bercerita tentang alam semesta ini. Mereka mengatakan: berdasarkan temuan terakhir di alam semesta alam ini ada 8 (delapan) trilyun matahari seperti matahari yang setiap hari kita lihat. Padahal matahari itu besarnya ratusan kali dari bumi kita ini. Dan matahari mempunyai sejumlah planet: Mars, Septunus, Saturnus. Ada planet Bumi, bumi mempunyai satelit namanya bulan dengan mengitari bumi kita sebulan, sekali putaran. Kemudian bumi dan bulan mengitari matahari setahun, sekali putar. Dan matahari beserta beribu-ribu juta matahari yang lain dengan planet-planetnya itu bergerak bersama-sama mengitari sebuah poros. Sehingga tidak bisa tidak bila kita menyaksikan peristiwa IM hanya berucap: subhanallah walhamdulillah wallahu akbar!

Bumi kita terhadap alam semesta ini hanyalah debu kecil. Kalau bumi yang besar ini hanya debu kecil, apalagi manusia yang lebih kecil dari bumi: debunya debu! Kecil sekali kitaI!

Dengan melihat peristiwa IM yang menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Allah yang tidak terbatas itu maka orang beriman seyogyanya menjadi tawadlu, rendah hati di hadapan Allah yang Mahabesar itu: Allahu rabbul’alamien. Tidak ada alasan sedikitpun bagi kita untuk takabur, menjadi mutakabbirin (orang yang sombong). Yang boleh sombong hanya Allah al-mutakabbirin, berbuat sombong itu hak eksklusif Allah SWT.

Manusia/orang beriman tidak boleh sombong karena serba terbatas: umur, fisik dan kekuatannya. Oleh karena itu kalau sudah faham IM, jangan sekali-kali “adigang, adigung, adiguna: sombong, congkak, arogan, merasa serba paling. ”


Mendorong ummat selalu mengembangkan ilpe

IM menjadi tantangan bagi manusia beriman untuk mengungkap sebagian misteri, dengan ilmu pengetahuan, meskipun sebagian, insya Allah akan diungkap juga.

Abu Jahal, Abu Lahab dll. tidak percaya dan tidak senang mendengar peristiwa yang tidak masuk akal itu karena memang dahulu, satu-satunya sarana transportasi hanya onta. Prof. BJ. Habibie (mantan Presiden RI) pernah mengatakan, tahun 2020 nanti akan ditemukan pesawat yang kecepatannya beberapa kali kecepatan suara (kira-kira 10.000 KM/jam), sehingga jarak Jakarta – Jeddah kira-kira hanya satu seperempat jam. Sesuatu yang dulu mustahil, sekarang sudah dimungkinkan.

Dr. Umar Yeni, sepulang dari Taiwan menemukan keajaiban yang luar bisaa. Hewan kecil “kunang-kunang” (kelap kelip di waktu malam) itu bisa dikawinkan dengan tumbuh-tumbuhan dalam pot. Jadi gen kunang-kunang diambil (bibit yang paling essensi) dan diambil pula gen pohon itu kemudian dipadukan, disemaikan. Ketika pohon itu tumbuh, setelah besar, bila malam berkelap-kelip. Luar biasaa!

Jadi, lihatlah! IM memang mendorong kita untuk membuka tabir rahasia alam dengan sehebat-hebat mungking menguasai ilmu pengetahuan.


Perintah Shalat lima waktu

Terhadap perintah puasa, zakat dan haji, Allah SWT cukup mengirim malaikat Jibril ke muka bumi untuk membawa wahyu. Tetapi khusus sholat 5 waktu, karena begitu pentingnya dalam kehidupan, maka Nabi dipanggil ke hadirat Ilahi lewat peristiwa IM itu.
Sholat 5 waktu sangat strategis fungsinya bagi kita. Allah berfirman dalam QS. Al Ankabut 29:45:

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Quran dan dirikanlah Sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Sholat itu memang andalan kita tatkala kita meghadap Allah SWT di hari kiamat. Sholat merupakan ibadah yang pertama kali akan dihisab, diminta pertanggungjawabannya. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda: Perkara yang pertama-tama ditimbang dan dinilai bagi seorang hamba di hari kiamat adalah masalah sholatnya. Bila sholat seorang hamba bagus, insya Allah, seluruh sisa amalnya juga bagus. Akan tetapi kalau sholatnya tidak bagus, maka seluruh amalnya juga tidak bagus.

Pertanyaannya, kalau sholat mencegah keji dan munkar, mengapa di masyarakat kita orang ramai sholat, Jum’atan memblukdak dimana-mana, koq pada saat yang sama korupsi juga marak, premanisme, kekerasan dan judi menjadi gejala umum? Kita kadang melihat, orang yang kelihatannya sholatnya rapih tetapi masih korup, dengan keluarga dzalim, kasar, dst.

Lantas dimana kebenaran al-Quran?
Jawabannya tentu, banyak diantara kita yang mengerjakan sholat tapi belum menegakkan ruhnya “iqomatish sholat”, belum menancapkan jiwa shalat. Tetapi hanya rutinitas, mekanis, otomatis, daripada tidak, sehingga tentu akar atau pengaruh sholat tidak membekas sama sekali dalam kepribadian orang yang sholat secara lahiriahnya saja.
Dalam salah satu riwayat, Nabi SAW berbicara soal korupsi. Sabdanya: “Korupsi adalah perkara besar dan amat besar. Di hari kiamat nanti saya bertemu dengan seorang koruptor yang di atas kuduknya bertengger seekor kambing yang mengembik dan seekor kuda yang meringik. Orang itu menyeru, “Ya, Rasulullah, tolonglah saya.” Rasul menjawab, “Saya tidak dapat menolongmu sedikitpun. Sesungguhnya saya pernah menyampaikan amanat tentang bahayanya korupsi.

Hadits di atas memperingatkan kita betapa menderitanya seorang koruptor itu, bahkan ketika masih menjalani hidupnya di dunia. Tindak korupsi adalah persis merampok. Harta rakyat yang sangat banyak itu menjadi kambing dan kuda yang duduk di tengkuk koruptor adalah beban penderitaan kehidupan yang teramat berat yang harus terus ia pikul kemana-mana sampai hari kiamat.

Kambing adalah perlambang nasib buruk, sedang kuda adalah perlambang nafsu. Namun alam korupsi bisa menyulap dirinya menjadi indah, persis pelangi yang melambaikan tangannya kepada siapa saja untuk mendatanginya.

Itu karena sholatnya yang formalistik. Hanya formatnya sholat (wudlu’, takbir, ruku, sujud, dst.) tapi jiwa sholatnya sama sekali tidak dilaksanakan.

Yang mula-mula dicabut dari manusia adalah “amanah” dan yang akhir tinggal dari agama mereka adalah “sholat”. Dan berapa banyak orang bersholat, tiada mempunyai peruntungan apa-apa dari sisi Allah SWT. (HR al hakim dari Zaid ibn Tsabit, Jami’shaghir 1:94).

Sholat itu untuk dihayati, dicamkan, direnungkan maknanya, dikontemplasikan sehingga membawa perubahan seperti pribadi yang jujur dan memurnikan ruhani.


Ya Allah, jadikan kami mu’min yang menegakkan sholat serta pandai mengaplikasikannya, sehingga sholat benar-benar dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.
Ya Allah, jangan tinggalkan di belakang kami keturunan yang menyia-nyiakan sholat, dan mempertaruhkan hawa nafsunya sehingga berakibat kesesatan dan azab sengsara.

Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu. Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat yang baik di akhirat adalah bagi oang-orang yang bertaqwa. QS. Thaha 20:132