Kamis, 26 Juli 2012

TIGA KELOMPOK MANUSIA



ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

QS Fathir (35) Ayat 32

Allah Subhanahuwata’ala mengungkap bahwa setelah al-Quran diwariskan kepada ummat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, manusia terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu: (1) Kelompok yang menganiaya diri sendiri; (2) Kelompok Muqtashid; dan (3) Kelompok yang berlomba melakukan kebaikan.

Kelompok yang menganiaya diri sendiri (ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ)
Al-Quran sudah berada di tangan namun tidak senang membacanya, tidak ada usaha untuk memahami apa isi al-Quran, sehingga gerak langkah dan tutur katanya tidak lagi sesuai dengan apa yang ditunjukkan Allah di dalam al-Quran.  Syekh Muhammad Abduh menyatakan, “Betapa banyak orang membaca al-Quran namun dilaknat oleh ayat yang ia baca. Apa sebab? QS 62 (al-Jum’ah): 5

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak mengamalkannya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.
Kitab tetap suci, keledai tetap terpendam dalam kebodohan. Itulah orang yang dlolim kepada dirinya sendiri.
Kelompok Muqtashid (مُّقْتَصِدٌ)
Orang yang termasuk dalam kelompok ini maju tidak, mundurpun tidak. Mereka senang membaurkan antara yang baik dengan yang buruk walaupun al-Quran telah memberi pelajaran, sehingga hidupnya seperti itu. QS 22 (al-Hajj): 11

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi (tidak dengan penuh keyakinan); jika memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, di berbalik ke belakang (kembali kafir). Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.
Di tepi” maksudnya adalah berada dalam garis pemisah antara kafir dan Islam. Kaki kanan Islam, kaki kiri masih berpijak dalam kekafiran. Hal ini yang diherankan oleh Rasulullah SAW:
Saya heran melihat orang yang menghabiskan umurnya hanya sekedar untuk mengejar duniawi semata, padahal mati selelu mengejar. Ia sibuk mengejar dunia, matipun segera menyusul dan mengintainya. Saya heran melihat orang yang lupa diri tugas dan kewajiban kepada Allah, padahal Allah tidak pernah melupakan nasib mereka. Saya juga heran melihat orang yang tertawa terbahak-bahak sepenuh mulutnya, dia sendiri tidak sadar apakah itu diridloi Allah atau justru mengundang kemurkaan Allah. Hal seperti ini tidak diridloi Allah Subhanahu wata’ala. 
Dalam QS 41 (Fushshilat): 51 Allah mengingatkan:

وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَأى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاء عَرِيضٍ

Bilamana Kami beri kesenangan, kebahagiaan, kejayaan kepada manusia, kebanyakam manusia berpaling (sikap sombong), lupa diri, lupa tugas, lupa statusnya sebagai hamba. Apabila ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.

Model muqtashid ini  tetap di tempat. Kualitas imannya tidak pernah meningkat. Dalam masjid dia beriman, dalam pasar ia kafir. Pagi hari beriman, sore hari kafir.
Kedua kelompok tsb di atas tidak disukai Allah Subhanahu wata’ala.

Kelompok Selalu Berlomba Kebaikan (سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ )
Orang yang masuk dalam kelompok ini senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan, membina dirinya, membentuk dirinya, meningkatkan kualitas imannya, akhlaqnya dan ibadahnya sehingga betul-betul menjadi ummat pilihan. (QS 3:110)

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ

Kelompok ini juga melakukan amar ma’ruf dan  nahiy munkar. Selalu mengajak berbuat baik dan tidak segan mencegah kemunkaran. Shaum Ramadhan adalah saat terbaik untuk berlomba dalam kebaikan karena nilai kebaikannya berlipat ganda dibanding melakukannya di luar bulan Ramadan.

Ayuk kita optimalkan Ramadhan dengan banyak ibadah, mengkaji al-Quran --terlebih bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Quran--, berinfaq, membantu yatim dan dhu’afa, dan amal kemaslahatan lainnya agar tergolong kelompok yang selalu berlomba dalam kebaikan.

[7 Ramadhan 1433 | Yunan Hilmy al-Anshary©2012]

Rabu, 25 Juli 2012

Kembali Mulia Kembali Taqwa


Bila kita cermati isi al-Quran, Allah memerintahkan ibadah shaum  dengan lafadz kutiba (QS. 2:183), tidak seperti perintah ibadah-ibadah yang lain. Sholat dan zakat diperintahkan dengan lafadz aqimush-sholata wa aatuzzakata. Haji, dengan lafadz wa lillahi ‘alannasi hijjulbayti manistatho’a ilaihi sabila.

Namun penggunaan lafadz kutiba tidak saja diperuntukkan untuk shaum melainkan juga perintah wasiat (QS. 2:180), perintah qishos (QS. 2:178), dan perintah qital/perang (QS. 2:216). Ketiga perintah tersebut berkaitan dengan kematian. Mengapa perintah shaum dikaitkan/disejajarkan dengan kematian? Kemana arah perintah shiyam ini?

Perintah shaum, bukanlah terkait dengan kematian fisik melainkan kematian atau kebekuan hati yang kita dihadapi. Untuk mencerahkan kembali hati sanubari inilah maka kita diperintahkan shaum Ramadhan agar terbangun dan tercapai kembali kemuliaan yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada kita.
Melalui Al-Quran Surah al-Isra’ Ayat 70 Allah subhanhu wata’ala  menyatakan:

                     وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan dilautan, Kami berikan mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Hanya seringkali kita alpa bukannya mempertahankan kemuliaan  melainkan mengotori atau meracuni diri kita sendiri dengan berbagai perbuatan ma’asyi, sehingga jatuhlah martabat kita lebih rendah dari binatang. 
Kemuliaan ini hanya bisa dipertahankan dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah

                                   ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللّه وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ  

Manusia akan hina jatuh martabatnya dimanapun mereka berada, apapun pangkat jabatan dan kedudukannya, sekaya apapun, sepintar apapun,  kecuali kalau mereka mampu  memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia. (Lihat QS. 3: 112). Selanjutnya Allah menyatakan bahwa sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa. (Lihat QS. 49:13).

al-Hadits
Tidak ada seorangpun yang luput dari dosa dan kesalahan kecuali yang memang dijaga dan dipelihara Allah (maksum) seperti Rasulullah. Setiap kita yang telah melakukan dosa oleh Allah akan diberikan titik hitam dalam hatinya. Semakin banyak dosa semakin tertutup hati kita oleh noda hitam. Inilah yang hendak kita raih di dalam bulan Ramadhan: hati kembali bersih, kembali pada kemuliaan yang telah dikukuhkan Allah subhanahu wata’ala dan kembali taqwallah yang prima.

Ayuk, kita hindari bermacam dosa, dosa yang terampuni maupun dan apalagi dosa yang tidak terampuni, seperti menyekutukan ALLAH. Bukan sekedar menyekutukan Allah dengan berhala namun menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan. Na’udzubillahi min dzalika.

Memang berat ujian dalam bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan setannya labih hebat.Hebat tipuannya. Setan bukan menggoda orang untuk tidak shaum namun merusak nilai-nilai shaum. Namun bila shaum ini kita landasi dengan iman dan ihtishab, insya Allah kita bisa mengatasainya. Man shaama romadhaana iymanan wahtisaaban ghufirolahu maataqoddama mindzanbih. Siapa saja yang shaum dengan iman dan ihtishab maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.  Imanan maksudnya sesuai dengan aturan atau syariah dan wahtisaaban adalah penuh dengan kehati-hatian.

Selamat menjalankan shaum Ramadhan 1433