Minggu, 22 Agustus 2010

TOLERAN MEMANCAR DI BAITURRAHMAN

rabu malam itu terasa sejuk, sejak sore langit memang mendung. gerimis sore yang sporadis itu membuat langit di atas Serambi Mekkah menjadi bersih, menutup oportunitas debu untuk terbang liar memerihkan mata, muka berdebu atau bikin sesak napas. pun polusi yang lain. shaum hari itu menjadi khusyu’ dan ni’mat.

sejurus kemudian sejukpun mengantarkan malam. tiba-tiba imanku yang pas-pasan menjadi tidak sabar untuk menghambur ke rumah Allah yang tegar itu: masjid raya Baiturrahman Nanggroe Aceh Darussalam. sudah lama aku memendam kesempatan untuk bisa bersujud serendah-rendahnya di masjid penuh pesona dan kharismatik itu. jadilah tarawih pertamaku di Baiturrahman.

jama’ah isya’ku tertinggal dua raka’at menjadikanku makmum masbuk. Ndak masalah, yang penting masih dapat keutamaan shalat berjama’ah dua puluh tujuh derajat melebihi shalat sendirian. Subhanallah, nikmatnya shalat malam itu. jama’ahnya tertib, tidak ada canda bocah seperti kebanyakan masjid di daerahku tinggal, bacaan imam shalat yang tartil, tenang dan berkualitas menjadikan shalat bertambah khusyu’. taushiyah dari ustadz yang profesor itu sungguh mencerahkan, rasa-rasanya kadar imanku malam itu menebal beberapa karat.

puluhan, mungkin ratusan, pilar kokoh yang ikut berjamaah itu seakan bertutur ratusan bahkan beribu kisah tentang syiar Islam dan sejarah perjuangan ummat Islam Aceh mendapatkan keyakinan Islamnya yang kokoh, kedamaian dan kesejahteraannya. warna serba putih semakin mengokohkan kesucian tempat itu dan putihnya hati serta kesahajaan jamaahnya di hadapan Sang Rabb. marmer yang sejuk membuat batin semakin tenang. aku optimis kondusifitas ini akan menjadikan tarawihku benar-benar santai dan menenteramkan.

Kanjeng Rasul salallahu alaihi wasallam selalu menggemarkan para sahabatnya untuk mengerjakan qiyam ramadhan (shalat malam pada bulan Ramadhan). “siapa saja yang mendirikan shalat malam pada bulan ramadhan karena iman dan mengharap ridha-Nya, niscaya diampunilah dosanya yang telah lalu.”

bacaan imam sangat prima dan merdu, tidak panjang tapi tidak terlalu pendek. dua rakaat salam dan diulang empat kali, kemudian ditutup dengan tiga rakaat witir satu salam. ketika selesai tarawih delapan rakaat, tiba-tiba sebagian jamaah keluar dengan tertib dan santun. segera aku simpulkan, mungkin shalat tarawih dilakukan dengan dua versi. versi pertama, melaksanakan sebelas rakaat dan versi kedua melaksanakan dua puluh tiga rakaat. benar. begitu witir selesai, sebagian besar jamaahpun beranjak keluar masjid. Sebagian jamaah yang tadi keluar ternyata menunggu dan bergantian masuk masjid untuk melanjutkan tarawihnya menjadi dua puluh rakaat plus tiga rakaat witir.

jamaah yang sholat delapan rakaat mengikuti cara qiyamu ramadhan Kanjeng Rasul, yang dua puluh tiga mengikuti contoh sahabat Umar bin Khattab. semua berjalan dengan khidmat. jamaah begitu dewasa dengan versi yang diyakini dan dijalankannya masing-masing. tidak ada blok sendiri-sendiri yang menandakan kesan jarak psikologis. pergantiannya pun khidmat, tidak saling berjejal. senyum jamaah menebar tanda mereka semua gembira dengan tarawih atau qiyamu ramadhannya. aku pernah menjumpai pelaksanaan tarawih satu masjid dengan dua versi seperti ini tapi di Baiturrahman terasa lain.

Baiturrahman benar-benar telah menghadirkan suasana yang tasamuh, toleransi tinggi, ukhuwah islamiyah yang solid. tidak ada yang merasa berbeda. semua merasa ummat yang satu dan bersaudara. pasti ini bukan suasana yang lahir begitu saja tapi tercipta karena muslimin di bumi serambi mekkah itu istiqomah menjalankan syariat islamnya. tidak percaya kalau ada yang mengesankan orang aceh tidak suka damai dan suka memberontak. aku menjadi semakin haqul yakin bahwa masalah di aceh selama ini bukan karena politik tapi masalah ekonomi dan ketidakadilan. akupun diam-diam protes, mestinya aceh bisa lebih makmur dan megah seperti kota-kota besar di indonesia lainnya yang kaya sumber daya alam dan bisa menikmati kekayaan yang diberikan Allah Sang Pemberi Rizki.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberkahi Nanggroe Aceh Darussalam yang istiqomah dengan syariat-Nya, kedamaian dan kesejahteraan. amien.

Minggu, 15 Agustus 2010

SAHUR ITU BERKAH

Sebagian orang yang berpuasa mengacuhkan sahur dan tidak mengakhirkannya. Padahal ia merupakan sunnah Rasul:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
Makan sahurlah, sebab dalam sahur ada keberkahan. (HR Mutafaq 'alaih). Adakalanya bahkan ia meninggalkannya sama sekali. Adakalanya ia makan pada pertengahan malam atau sebelum tidur, biasanya karena khawatir tidak bisa tidur atau takut tidak bisa bangun pagi-pagi sekali, ingin tidur lebih lama, ataupun karena ketidaktahuannya terhadap hal itu. Ini kesalahan yang semestinya dikoreksi dan diperbaiki oleh orang yang berpuasa.

Sahur sangat penting, disamping karena keberkahannya juga terkait dengan rukun puasa. Rukun puasa adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah itu sendiri. Jika rukun ini tidak dijalankan, maka tidak sah ibadah tersedut alias batal. Rukun puasa ada dua, yaitu: (1) niat; dan (2) menahan diri. Kedudukan niat dalam puasa sangat utama. Tanpa niat puasa seseorang tidak sah. Sebab Rasulullah menyatakan bahwa setiap perbuatan tergantung pada niatnya. Sabda selanjutnya: “siapa saja yang tidak berniat puasa sebelum terbit fajar maka tidak ada puasa baginya.”

Niat puasa boleh dilakukan jauh sebelumnya, yaitu malam hari hingga sebelum fajar. Niat adanya di dalam hati, tidak disyaratkan mengucapkannya, karena merupakan pekerjaan hati, maka tidak ada sangkut-pautnya dengan lisan. Hakikat niat adalah menyengaja suatu perbuatan demi menaati perintah Allah. Jika kita melakukan sahur untuk puasa besok berarti sahur tersebut sudah merupakan niat baginya untuk berpuasa.

Niat puasa yang harus dilakukan sebelum memasuki fajar adalah puasa wajib, yaitu puasa Ramadhan, puasa qadla Ramadhan, puasa nadzar, puasa kafarat dan puasa fidyah haji. Sedangkan puasa sunnah, menurut fuqaha, niat boleh dilakukan setelah fajar terbit sebelum matahari tergelincir (dzuhur) dengan catatan belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa. Sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah yang diceriterakan oleh Aisyah. Pada suatu hari Rasulullah bertanya kepadaku, “Wahai Aisyah, adakah sesuatu padamu (yang dapat kumakan)? Aku menjawab, “Tidak ada, ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Kalau begitu aku akan berpuasa.”

Banyak keberkahan yang akan diraih bila kita sahur dan mengakhirkannya, antara lain:
(1) Menyambut perintah Rasulullah. Allah berfirman: “Siapa saja yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” (QS.4. an-Nisa’ ayat 80). “Dan siapa saja mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS.33. Al-Ahzab ayat 71).
(2) Syiar umat Islam. Prosesi sahur sebelum berpuasa merupakan satu pembeda ibadah puasa orang Islam dengan kaum yang lain. Nabi Saws bersabda: “Yang membedakan antara puasa kita dan puasa Ahlul Kitab ialah makan sahur”.
(3) Mendapatkan kebaikan dan memeliharanya. Dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’idi bahwa Nabi Saw bersabda: Manusia senantiasa akan mendapatkan kebaikan selagi mereka mnyegerakan berbuka dan mengkahirkan sahur. (HR al-Bukhari dan Muslim).
(4) Memberikan kekuatan untuk melakukan ketaatan membantu beribadah, menambah semangat dan aktifitas. Sebab orang yang lapar dan haus mudah terjangkau kemalasan.
(5) Mendapatkan rahmat dari Allah dan doa dari Malaikat. Rasulullah bersabda: “Sahur itu seluruhnya adalah berkah. Maka janganlah kalian tinggalkan meskipun hanya seteguk air. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang yang makan sahur”. (HR Ahmad).
(6) Dapat mencegah akhlak buruk yang diakibatkan karena kelaparan.
(7) Waktu yang berkah. Nabi bersabda: “Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia, ketika tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berfirman: “Siapa saja yang memohon kepadaKu, Aku akan meberikan kepadanya; dan siapa sja memohon ampun kepadaKu, Aku akan mengampuninya.” (HR. al-Bukhari).
(8) Merupakan salah satu waktu istighfar paling sempurna, meskipun bukan yang terbaik. Allah Swt memuji orang-orang yang beristighfar pada waktu sahur, dengan firman-Nya: “Dan yang memohon ampun di waktu sahur”. (QS. Ali Imran ayat 17). Dalam ayat yang lain: “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah.” (QS. Adz-Dzariyat ayat 18). Melaksanakan sahur adalah faktor diraihnya keutamaan ini dan diraihnya keberkahan-keberkahan istighfar yang bermacam-macam.
(9) Menjamin menyambut panggilan adzan sholat Shubuh. Sehingga sahur juga menjamin untuk bisa melaksanakan shalat shubuh pada waktunya dengan berjama’ah.
(10) Sahur itu ibadah. Bila ia meniatkannya karena ketakwaan kepada Allah dan mengikut Rasullah Saws.

Masih banyak keberkahan sahur yang lain. Oleh karena itu sahurlah diakhir waktu menjelang waktu Shubuh datang. Rasul biasa sanatap sahur setengah jam sebelum Shubuh tiba atau kira-kira sekitar bacaan lim puluh ayat, sebagaimana diceriterakan oleh Zaid bin Tsabit.

Insya Allah kita akan lebih kuat berpuasa sekaligus mendapatkan kebaikan dari makan sahur yang diakhirkan. Amien.
Selamat Berpuasa Ramadhan.