Minggu, 19 April 2009

TIGA KELOMPOK MANUSIA



Yunan Hilmy al-Anshary

ALLAH SWT mengungkap, setelah al-Quran diwariskan kepada ummat Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam, manusia terbagi atas tiga kelompok besar. Kelompok pertama, manusia yang menganiaya diri sendiri. Kelompok kedua, disebut dengan kelompok muqtashid, sedang kelompok ketiga adalah manusia yang selalu berlomba melakukan kebaikan.

Kelompok pertama disebutnya ‘dlolimun linafsih’ karena gemar menganiaya diri sendiri. Al-Quran ada di tangan tetapi mereka tidak senang membacanya, tidak ada usaha untuk memahami apa isi al-Quran, sehingga gerak langkah dan tutur katanya tidak lagi sesuai dengan apa yang ditunjukkan Allah di dalam al-Quran. Ungkapan Syekh Muhammad Abduh: “Betapa banyak orang membaca al-Quran yang dilaknat oleh ayat yang ia baca.” Dalam al-Quran diamsalkan seperti keledai yang membawa Kitab yang tebal. Kitab tetap suci namun keledai tetap saja terpendam dalam kebodohan. (QS 62: 5).

Kelompok kedua, “muqtasid”, yakni kelompok manusia yang maju tidak, mundurpun tidak. Orang yang masuk kategori ini suka membaurkan antara yang baik dengan yang buruk walau Quran telah memberi pelajaran, sehingga hidupnya seperti itu. Al-Quran menggambarkan, ada manusia yang menyembah Allah hanya di tepi (=tidak penuh keyakinan). Jika memperoleh kebajikan, dia merasa puas dan jika ditimpa suatu cobaan, di berbalik ke belakang (kembali kafir). Kata Quran, itulah kerugian yang nyata, dia rugi di dunia dan di akhirat. (QS. 22:11).

Di tepi, artinya dia berada pada garis pemisah antara kafir dan Islam. Kaki kanan Islam, kaki kiri masih berpijak dalam kekafiran. Hal ini yang diherankan oleh Rasulullah SAW: “Saya heran melihat orang yang menghabiskan umurnya hanya sekedar untuk mengejar duniawi semata, padahal mati selelau mengejar. Ia sibuk mengejar dunia, matipun segera menyusul dan mengintainya. Saya heran melihat orang yang lupa diri tugas dan kewajiban kepada Allah, padahal Allah tidak pernah melupakan nasib mereka. Saya juga heran melihat orang yang tertawa terbahak-bahak sepenuh mulutnya, dia sendiri tidak sadar apakah itu diridloi Allah atau justru mengundang kemurkaan Allah.

Melalui QS 41 (Fushshilat): 51 Allah mengingatkan:
“Bilamana Kami beri kesenangan, kebahagiaan, kejayaan kepada manusia, kebanyakam manusia berpaling (sombong), lupa diri, lupa tugas, lupa statusnya sebagai hamba. Apabila ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.”

Model muqtashid adalah kelompok yang tetap di tempat. Kualitas imannya tidak pernah meningkat. Dalam masjid dia beriman, dalam pasar ia kafir. Pagi hari beriman, sore hari kafir. Kelompok tsb tidak disukai Allah SWT.

Terakhir, manusia kelompok ketiga adalah orang yang senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan dengan ijin Allah: membina dirinya, membentuk dirinya, meningkatkan kualitas imannya, akhlaqnya, ibadahnya, sehingga betul-betul menjadi ummat pilihan yang selalu melakukan amar ma’ruf (AM) nahi munkar (NM), mengajak kebaikan dan mencegah keburukan. (QS 3:110)

Bisa jadi kita sudah banyak melakukan amar ma’ruf, namun mungkin masih jarang melaksanakan nahiy munkar, karena AM tidak mengandung kesulitan sedikitpun, yang penting menyuruh berbuat baik. Tapi bila sudah berhadapan dengan NM, pasti musuh bermunculan! (QS 6:112). Padahal setiap risalah diturunkan pasti akan berhadapan dengan musuh (QS 20:43).

Ada konsep dari para Nabi dan Rasul yang dapat diterapkan dalam menghadapi kemaksiatan, yaitu: “matikan ular berbisa dari kepalanya sampai ke ekornya”. Kalau yang kecil-kecil kita berantas, tidak ada artinya, bahkan semakin ganas. Sama halnya dengan ular. Kalau ular yang kita potong adalah ekornya, itu lebih berbahaya. Alangkah hebatnya bila penguasa negeri ini menerapkan konsep ini untuk kasus korupsi yang begitu menggurita dan dahsyat.
Wa Allahu a’lam bishshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar konstruktif dan bertanggung jawab