Kamis, 17 Desember 2009

Makna HIJRAH



Yunan Hilmy al-Anshary

Syukur alhamdulillah kita diijinkan ALLAH menginjak tahun 1431 hijriyah.
Memasuki tahun baru adalah momentum yang tepat bagi kita untuk mengevaluasi, muhasabah, apakah iman kita sudah benar. Apakah iman kita itu sudah memancarkan ketaatan kepada Allah melalui akidah kita, ibadah kita, akhlak kita dan muamalah kita? Oleh karena itu, memasuki tahun baru bukanlah dengan hura-hura sebagaimana umumnya orang memeringati tahun baru miladiyah.

Ummat Islam harus familier dengan tahun yang menjadi dasar perhitungannya. Karena hitungan hijriyah adalah hitungan bulan untuk kita beribadah. Kita ber-shaum wajib pada bulan ramadlan, ber-idul fitri pada bulan syawwal, berpuasa sunnah arofah dan ber-haji pada bulan dzulhijjah, dan seterusnya. Bolehlah kita mempergunakan dasar perhitungan miladiyah untuk kalender kerja kita.

Hijrah Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah yang dijadikan dasar perhitungan tahun hijriyah, mempunyai begitu banyak pelajaran yang dipetik. Berikut beberapa di antaranya.

Pengorbanan

Ketika Rasul berhijrah ke Madinah, Rasul tidak mau menerima pemberian dua unta dari sahabat Abu Bakr ra karena beliau tidak akan mengendarai unta yang bukan miliknya.
Mengapa Nabi bersikeras tidak mau menerima dan bersikeras untuk membelinya? Rasulullah ingin mengajarkan nahwa untuk mencapai suatu usaha besar, dibutuhkan pengorbanan maksimal dari setiap orang. Beliau bermaksud berhijrah dengan segala daya yang dimilikinya. Bahwa mengabdi kepada Allah, janganlah mengabaikan sedikit kemampuan pun, selama kita masih memiliki kemampuan itu.
Sesungguhnya kepada Tuhanlah tempat kembali. Qs al-Alaq (96):8

Makna Hidup

Rasulullah saw berangkat ke Madinah sambil memesan kemenakannya, ‘Ali bin Abi Thalib agar tidur diperbaringannya. Dengan kesediaan tersebut, Ali pada hakikatnya mempertaruhkan jiwa raganya demi membela agama Allah. Di sini, kita menarik pelajaran: Apa sebenarnya arti hidup menurut pandangan agama?

Hidup bukan sekedar bernafas. Ada orang yang telah terkubur, mati, tapi oleh al-Quran masih dinamai “orang yang hidup dan mendapat rizqi (lihat Qs 3:169). Tapi sebaliknya, ada orang yang bernafas tapi dianggap sebagai “orang-orang mati” (lihat Qs 35:22)

Hidup dalam pandangan agama adalah kesinambungan dunia dan akhirat dalam keadaan bahagia, kesinambungan yang melampaui usia kita di dunia. Ini berarti setiap orang harus percaya dan menyadari bahwa di samping wujudnya yang sekarang, masih ada lagi wujud yang lebih kekal, dan dapat jauh lebih indah daripada kehidupan dunia ini.

Tawakal dan Usaha

Ketika Rasul saw bersama Abu Bakar ra bersembunyi di gua Tsur dan para pengejar mereka telah berdiri di mulut gua tersebut, Abu Bakar ra sangat gentar dan gusar. Rasulullah sambil berkata: "Jangan kuatir dan bersedih. Sesungguhnya Allah bersama kita." Keadaan ini bertolak belakang ketika dalam peperangan Badar, sekitar satu setengah tahun setelah peristiwa hijrah ini. Ketika itu yang gusar dan kuatir adalah Nabi Muhammad saw, sedang Abu akar yang menenangkan Beliau.

Mengapa terjadi dua sikap yang berbeda?
Di sini sekali lagi kita mendapat pelajaran yang sangat mendalam menyangkut arti hakikat keagamaan. Dua peristiwa yang berbeda di atas menuntut pula dua sikap yang berbeda dan keduanya diperankan dengan sangat jitu oleh Nabi Muhammad SAW. Kedua hakikat keagamaan ituadalah: tawakkal dan usaha (taqwa).

Ketika itu perintah hijrah tanpa didahului dengan perintah bersiap-siap. Rasul melaksanakannya dengan penuh keyakinan, pasti Allah akan akan bersamanya.
Berbeda ketika peperangan. Jauh sebelumnya telah diperintah untuk mempersiapkan diri menghadapi musuh: Siapkanlah untuk menghadapi musuh kekuatan apa saja yang kamu sanggupi (Qs 8:60). Kekuatiran itu timbul karena keraguan beliau akan persiapan yang dilakukannya, karena bila fatal bisa menjerumuskan umatnya, bahkan agama!

Saudaraku.
Masih banyak hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw, sehingga wajar jika Umar bin Khattab menjadikan peristiwa itu sebagai awal kalender Islam.

Orang-orang yang beruntung atau jaya adalah orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Qs at Taubah (9): 30

Marilah kita memasuki tahun baru 1431 H dengan semangat iman, kita masuki lembaran baru kita, baik sebagai individu maupun masyarakat untuk memperbaiki Islam kita, iman kita dan memperbaiki amal-amal kita baik vertikal maupun horizintal.

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1431.
1 Muharam 1431 bertepatan 17 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar konstruktif dan bertanggung jawab