Minggu, 30 Agustus 2009

ISTIGHFAR Dan Jangan Nistakan Diri


Yunan Hilmy al-Anshary

Bulan ramadhan merupakan fasilitas yang diberikan Allah Subhanahu wa ta'ala kepada ummat Islam yang beriman untuk mensucikan diri dari segala dosa karena bulan itu penuh dengan maghfirah atau ampunan.

Siapapun kita pasti pernah berbuat salah dan dosa, pun seorang yang bertaqwa. Rasulullah SAW sendiri pernah menyatakan bahwa “manusia itu tempatnya lupa dan salah”. Bahkan al-Quran pun menyatakan, orang bertakwa mungkin saja dalam rentang kehidupannya dapat tergelincir ke lembah dosa, atau juga menganiaya diri sendiri. Orang bertakwa yang dijamin masuk sorga mungkin sekali dalam kehidupannya pernah terpeleset melakukan perbuatan yang tergolong fahisyah, yakni dosa besar yang menjijikkan (riba’, zina, nge-drug, menghina orang, dll) yang mudharatnya dapat mengimbas ke pihak lain. Namun bila terpeleset melakukan dosa, ia segera bangkit dan memohon ampun dari Allah SWT. Tidak ‘terlena’ dengan kesesatannya itu. (QS. Ali Imran:135)

Bukan tidak mungkin pula seorang yang bertaqwa pernah lupa sehingga berbuat aniaya kepada dirinya sendiri. Berbuat nekat secara terus menerus melakukan perbuatan yang destruktif pada diri sendiri, meski sadar bahwa perbuatan itu termasuk dosa. Begitu sadar bahwa yang dilakukannya termasuk larangan agama, kaum bertaqwa segera berhenti total dan tidak lagi mengulangi perbuatan dosa yang sama itu serta memohon ampun. Yang dimintai ampun tentu hanyalah Allah semata, karena siapatah yang dapat memberi maghfirah atau ampunan kecuali Allah?

Itulah bedanya antara orang yang bertaqwa (muttaqin) dengan orang yang tidak bertaqwa. Muttaqin ketika terjebak dalam suatu dosa, ia segera lari kepada Allah. Tidak kepada sesama makhluk, apapun nama dan jenisnya: dukun, tukang ramal, lelembut, etc.,etc. Mengapa? karena Allah-lah sumber pengampunan segala dosa.

Berbanding terbalik dengan orang yang tidak bertaqwa. Orang yang tidak mendapat hidayah atau bimbingan Allah cenderung akan semakin addicted, mencandu dalam lembah dosanya. Orang yang sudah tergantung kepada Napza (narkotik dan psikotropika), dia akan lakukan apapun meski harus kriminal untuk memenuhi ‘kebutuhannya’. Seorang yang sudah menjadikan judi sebagai darah dagingnya akan semakin menjadi-jadi meski harus jatuh bangkrut karena terbenam dalam perankap judi. Bagi orang yang gampang mengumbar hawa nafsunya, womanizer, bukannya taubat tapi terus tidak puas dengan berbagai eksperimennya. Seorang yang korup akut, sama saja. Dia akan terus tenggelam dalam kerakusannya. Na’udzubillahi min dzalika. Tanpa sinar hidayah dari Allah mereka sulit dapat membebaskan diri dari penjara syahwat.

Al-Quran sudah sangat tepat menggambarkan watak muttaqin, bila terjerembab jerat dosa, apapun jenisnya, insya Allah segera mampu melepaskan diri dan kembali kepada petunjuk Allah.

Teman, senyampang masih ada kesempatan ketemu dengan Ramadhan nan mubarok ini, saatnya kita membersihkan hati kita dengan banyak-banyak istighfar kepada Allah. Melakukan pertaubatan puncak untuk tidak lagi nistakan diri dan tidak mengulanginya.

astaghfirullah al-‘adzim wa atuubu ilaih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar konstruktif dan bertanggung jawab