Selasa, 01 September 2009

SUFI dan Air Mata


Yunan Hilmu al-Anshary

Saat bertafakur, pada suatu malam, tiba-tiba sang sufi melelehkan air matanya, kemudian berlanjut dengan dialog menarik. Sang sufi bertanya, “wahai air mata, mengapa engkau mengucur dari mataku?”. Air mata menjawab, “saya keluar dari tubuhmu lewat matamu karena saya tidak tahan atas panas yang ditorehkan oleh hatimu.” Sang sufi bertanya lagi, “mengapa hatiku dapat mengeluarkan panas sehingga engkau merasa tidak betah berada dalam tubuhku?” Apa yang menyebabkan hatiku menjadi terasa panas? Maka air mata menjawab, “ketahuilah wahai saudaraku, hatimu menjadi panas karena engkau melakukan banyak dosa dan berbuat maksiat. Setiap kali seorang hamba Allah melakukan dosa atau kemaksiatan, sesungguhnya hatinya menjadi panas. Semakin sering melakukan dosa dan kemungkaran, semakin panas pula hati atau kalbumu. Itulah sebabnya saya keluar dari ragamu karena kau telah melakukan dosa dan maksiat.”

Sang sufi semakin tertunduk dan tenggelam dalam tafakurnya seraya bertanya, bagaimana caranya supaya tidak terjebak lagi dalam dosa dan kemaksiatan? Berkatalah air mata: “sesungguhnya dunia yang fana ini selalu menjebak anak cucu Adam yang tidak sanggup memahami hakikat keduniaan yang seringkali mengandung racun yang sangat berbahaya.” Sang air mata lalu menceriterakan kehidupan dunia tak ubahnya seekor ular yang kelihatan lembut dan mungkin warnanya indah. Tetapi dalam dirinya bersemayam racun yang dapat mematikan siapapun yang tidak berhati-hati dalam menghadapinya.

Demikian pula dunia, yang sesungguhnya juga kelihatan indah dan selalu memukau mereka yang tidak memiliki visi yang jauh dari wawasan keduniaan sehingga banyak hamba Allah yang terkena racun dunia kemudian tergelincir dalam berbagai tindak kemaksiatan.

Teman, kisah di atas hanyalah imajinasi dari kaum sufi sendiri yang ingin mengingatkan kita semua agar selalu berhati-hati menghadapi godaan dan jebakan dunia. Bila tidak hati-hati dia dapat menjerumuskan dalam musibah berkepanjangan. Nabi pernah mengatakan bahwa neraka itu selalu diselimuti dengan hal-hal yang selalu menimbulkan syahwat dan hawa nafsu. Sementara surga diliputi hal-hal yang sering tidak disukai oleh manusia. Ceritera itu memang sekedar mengambarkan kaitan antara manusia dengan kebendaan yang selalu sangat dekat, bahkan sangat erat. Al-Quran pun menyatakan bahwa sesungguhnya manusia amat sangat menyukai harta benda.(QS. Ali Imran: 14).

Pada konteks inilah kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk menguji kecintaan kita kepada harta benda bukan sebagai cinta buta. Tetapi diperingatkan agar menggunakannya sesuai dengan tujuan-tujuan luhur. Bahkan dalam harta yang kita miliki itu ada hak yang harus dikeluarkan untuk mereka yang berhak menerima, yang dinamakan zakat dan infak. (QS. Adz-Dzariyaat: 19).

Ramadhan adalah bulan yang sangat utama untuk berinfaq dan bersedekah, bahkan menunaikan zakat. Semua itu untuk tazkiyah atau pemurnian harta dan pembersihan diri kita di mata Allah. Ayuk kita tunaikan infak dan Zakat. Jangan biarkan penyesalan hadir ketika di akhirat kelak, sebab bila ajal kita tiba, tidak bisa lagi kita minta penangguhan dari Allah SWT, supaya kita dapat berinfak, agar kita termasuk kelompok orang yang shalih.

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَاوَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Dan berinfaklah kamu sekalian dari apa yang kami rizkikan kepada kamu, sebelum datang kepada seseorang di antara kamu, maut. Tuhanku! Mengapa tidak Engkau tangguhkan daku kepada suatu ajal yang terdekat supaya aku bersedekah dan supaya termasuk aku dalam golongan orang-orang yang shalih? Dan sekali-kali tidaklah Allah akan menangguhkan seseorang apabila ajalnya sudah datang. Dan Allah sangatlah mengenal apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Munafiqun: 10–11).


salam ta'dzim utk: MAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar konstruktif dan bertanggung jawab