Senin, 26 April 2010

menganiaya atawa dianiaya?

ketika kita hendak bertebar di muka bumi
pasti akan ada seribu asa di benak kita
ketika berangkat kerja, menuntut ilmu, berdagang, etcetera
pasti akan ada beribu asa
selamat dalam perjalanan, lancar saat kerja-sekolah-kuliah, lancar saat bertransaksi
dan kesuksesan entah apapun bentuknya, materiil pun immateriil.

beribu, berjuta kebaikan untuk kita. itu yang diinginkan.
namun terpikirkah dalam benak dan nurani kita bahwa kebaikan yang akan kita dapatkan itu tidak melahirkan mudharat bagi orang lain? bahkan dalam paradigma hubungan masyarakat yang serba pamrih dan transaksional seperti sekarang, prinsipkah seluruh kebaikan yang kita rengkuh itu harus tidak membodohi, menipu dan bahkan menyesatkan orang lain?

era yang smakin ribawi ini “dalil” menghalalkan segala cara sepertinya smakin berlaku. tidak ada lagi nilai. semua ‘serba boleh’. bukan hanya pancasila yang sial, agamapun terabai. sesempurna itukah kerusakan moral kita?

sesungguhnya ada tauladan dari junjungan kita
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam
ketika sang Rasul keluar rumah
salah satu doa yang dipanjatkan ketika hendak berangkat adalah:

Ya Allah, hamba berlindung kepada-Mu
dari teresat atau disesatkan
dari tergelincir atau digelincirkan
dari menganiaya atau dianiaya,
dari bodoh atau dibodohi

Allahumma a’udzubika an adlilla au udlalla
au azilla au uzalla
au adz-lima au udz-lama
au ajhala au yujhala ‘alayya

(Hadits Riwayat Abu Dawud):

bila doa pendek ini kita amalkan
insya Allah, akhlak anak bangsa menjadi lebih baik
amien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar konstruktif dan bertanggung jawab